Invisible Heart #3 : New Friend


Hei guys! udah ada chapter 3 nya :3 ohoho.. tiap chapter emang dikit2 sih, tapi semoga berkesan dan rame ya! oya, Yuri dan Sora bertemu teman baru, Rin. dan ternyata Rin ini juga bisa melihat Sora! siapa rin itu? baca terus di chapter 3 ya ;))

Chapter sebelumnya : Invisible Heart #2 : His Family
Lengkap nya di : Story : Invisible Heart



Invisible Heart

#3 : New Friend


“Yuri.. Maafkan aku.. Aku sudah menemukan seseorang yang lebih baik darimu. Dia bisa melihatku, seperti dirimu. Dan mulai sekarang, dia lah yang akan menjadi pendamping takdirku.. Selamat tinggal Yuri” Sora lalu berjalan pergi meninggalkanku.. Sosok Sora kemudian menghilang ke kejauhan.

“Ti-tidaak Sora.. Tunggu!” Aku berlari, berusaha mengejar Sora di kejauhan. Ku lihat ia sedang berjalan berdampingan bersama seorang gadis lain. Mengapa.. Mengapa Sora melakukan ini? Tidakkah ia berjanji akan terus bersamaku? Aku tak bisa apa-apa.. Sudah terlambat untuk mengejar Sora.. Mengapa, hati ku terasa sangat sakit melihat ini semua? Ah.. Aku tak ingin melihat ini. Tolong aku Sora....


--------

“S-Sora... Jangan pergi....” Aku membuka mata. Hufft, ternyata hanya mimpi. Aku senang itu semua bukan nyata. Malam ini aku benar-benar bermimpi sangat buruk. Sebaiknya aku mencuci muka dan menyegarkan diri.

Ku  bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka, kemudian menatap cermin. Mengapa mataku merah? Ini terasa seperti aku habis menangis. Tunggu.. Apakah aku menangis ketika bermimpi? Aku memutuskan untuk mandi dan bersantai di teras sambil mendengarkan lagu.

Lantunan musik dan hembusan angin pagi menyentuh diriku sangat lembut. Kicauan burung yang merdu, pemandangan yang indah, membuat hatiku sangat tenang. Aku duduk di kursi santai yang berada di teras kamarku. Aku menengadahkan kepala ke atas, menatap langit biru, membayangkan sesosok Sora. Sudah 2 minggu hari-hariku di temani oleh Sora. Sora adalah satu-satunya temanku yang paling setia dan mengerti keadaanku.

Hari ini adalah hari minggu, aku bebas bersantai sebelum hari-hari sekolah yang membosankan datang menghampiriku. Biasanya Sora akan menunjukan sosoknya jam 9 pagi, di teras.

“Sekarang masih pukul 7 pagi. Aku siap terlalu cepat karena mimpi buruk itu..”

Aku menghela nafas panjang. Aku tak percaya mimpi seperti itu akan datang di tengah kebahagiaanku saat ini. Aku sudah jarang merasakan takut berlebihan. Yang aku takuti sekarang adalah.. Kehilangan Sora. Entah bagaimana jadinya jika mimpi buruk yang ku alami itu menjadi kenyataan. Aku tak akan memiliki teman, tak akan ada yang membuat ku tersenyum, tersipu malu, salah tingkah, tertawa, sedih, dan hal-hal lainnya yang aku sering rasakan ketika bersama Sora.

---------------

“Wahai tuan putri yang cantik, mengapa anda termenung seperti itu?” Tiba-tiba Sora muncul di sampingku sambil berlutut layaknya pelayan tuan putri.

“Sora, itu tidak lucu. Aku sedang tidak mood untuk menjadi tuan putri mu sekarang”

Aku menghela nafas dan cemberut. Kami selalu bermain menjadi pelayan – tuan putri setiap pagi, aku menjadi seorang tuan putri, dan Sora adalah pelayanku. Biasanya aku memerintah pelayanku untuk membawa ku terbang ke atap rumah, atau menyuruh nya untuk membersihkan dinding-dinding rumah yang berdebu. Kami sangat menikmati permainan itu, sehingga terkadang bermain seperti itu hingga siang atau sore hari.

“Huh? Wah wah, apa yang sedang terjadi dengan Yuri-ku ini?” Ia melayang ke hadapanku sambil menatap mataku penuh perhatian. “Hufft.. Aku mimpi buruk” Aku menghela nafas dan menatap ke arah lain, bukan ke arah Sora.

“Mimpi buruk ya? Hmm, ayo ceritakan, siapa tahu aku bisa menghiburmu” Sora tersenyum lembut.

“Tidak, tidak Sora. Mimpi ku kali ini aku rahasiakan darimu” Aku tak bisa cerita bahwa aku memimpi kan hal buruk tentang Sora. Aku tak mau menghancurkan semangat Sora. Jika Sora sudah tak bersemangat, ia akan merenung jauh di atas. Melayang setinggi burung-burung yang terbang, lalu merenung, atau kadang ia menghilang tiba-tiba. Sangat merepotkan jika Sora sedang tak bersemangat. Tapi, itu lah Sora apa adanya.

--------------------

Hari sekolah pun tiba. Tepatnya hari Senin, dimana setiap murid sekolahan sangat membenci hari senin. Kalian pasti tahu mengapa. Senin adalah akhir dari liburan dan awal dari sekolah. Aku siap-siap sekolah sangat pagi hari ini.

“Aku sekolah dulu ya Zuri, tolong jaga nenek, ia sedang tidur dan jangan mengacau!” Aku mengelus Zuri yang mengeong, lalu meninggalkan rumah.

“Sungguh pagi yang cerah di hari Senin yang membosankan” Aku memutar bola mataku dan menghela nafas. Tatapan mataku masih tatapan malas untuk ke sekolah. Tiba-tiba terasa angin hangat yang menembus tangan kananku. Pasti Sora. Ternyata benar, ia tiba-tiba muncul berjalan sambil menggandeng tanganku. Layaknya sepasang kekasih, Sora berjalan dengan riang disampingku. Sedangkan aku? Jalan dengan lemas bersama hawa-hawa malas dari kegelapan.

“Heh, sedang apa kau disini? Dan mengapa kau menggandeng tanganku seperti sepasang kekasih?” Aku menatap jengkel Sora. Sora menjulurkan lidah, tanda meledek.

“Aku ingin merasakan sekolah lagi. Aku ingin bernostalgia dengan ke populeran ku di sekolah yang dulu” Ekspresi Sora sangat bersinar-sinar seperti selebriti yang sedang pawai. Huh, dasar anak populer.

“Pfft, pasti kau ingin melihat cewek-cewek cantik disana kan?” Aku tertawa meledek.

“Tidak. Hanya Yuri yang paling cantik di mataku!” Sora mulai memancarkan Aura-aura cinta nya yang luar biasa. Yang bisa dibilang, aura para fans fanatik seorang idola. Jika Sora sudah mulai seperti itu, yang aku hanya bisa lakukan adalah... Membalasnya dengan ekspresi bosan dan pura-pura tidak dengar. Sora memang selalu meledekku, dan kadang memuji ku dengan berlebihan, hanya sekedar memuji yang keluar dari mulut, bukan hatinya. Aku tahu itu pasti bagian dari candaan Sora.

“Yaya, aku tahu aku adalah gadis tercantik di mata hantu seorang SORA” Aku menguap bosan, lalu tertawa kecil. Sora hanya mendengus kesal.

--------------------

Akhirnya kami sampai ke sekolah. Aku memasuki kelas yang masih sepi, lalu menyimpan tasku di kursi ku. Kursi ku letak nya di sudut formasi, paling belakang, paling ujung, dan dekat jendela. Dari lantai 2 ini, terlihat lapangan sepakbola sekolah. Banyak anak laki-laki yang bermain bola disana. Aku duduk dan menatap ke arah jendela, memandangi anak-anak yang bermain bola itu.

“Jadi ini adalah kelasmu ya, Yuri..” Sora berkeliling-keliling kelas dan mencermati setiap sudut ruangan kelasku. Oh ayolah, hal abnormal apalagi yang aku lihat dari kebiasaan Sora? Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah laku nya yang lucu itu.

“Sora, bisa kah kau bersikap lebih normal?” Aku tertawa meledek.

Ditengah percakapan dan candaan antara aku dan Sora, tiba-tiba ada seorang gadis cantik yang mengintipku dari pintu kelas. Seketika aku sadar dan pura-pura tak terjadi apa-apa. Sora menyadarinya dan terdiam. Gadis itu masuk, lalu mendekatiku. 

“U-um.. Kau Yuri kan? Senang bertemu denganmu” Gadis itu tersenyum manis seolah tak terjadi apa-apa. Aku mengenalinya, ia adalah gadis cantik dan pintar dari kelasku, namanya Rin. Rin adalah gadis baik, namun ia suka menyendiri sepertiku. Walaupun kami sama-sama menyendiri, kami tak pernah berkomunikasi, baru pertama kali aku berkomunikasi secara santai dengan teman sekelasku.

“Ah, senang bertemu denganmu juga, Rin” Aku tersenyum dan menjabat tangan lembutnya. Tingginya tak melebihi tinggiku, aku masih lebih tinggi dibanding Rin, namun Rin adalah gadis yang sempurna menurutku, namun suka menyendiri.

“Hei, itu teman barumu? Ia terlihat cantik sepertimu, Yuri” Sora tiba-tiba merangkul ku yang tengah menjabat tangan Rin. Tiba-tiba aku melihat ekspresi Rin berubah. Ekspresi nya menunjukan seperti ia mengetahui ada yang sedang berbicara dan menyentuhku. Rin mencoba menatap lebih dalam ke arah Sora berada. Dan seketika ia terbelalak kaget.

“Yuri... Apakah kau mempunyai teman imajinasi?” Ekspresi Rin masih kaget.

“Sepertinya gadis bernama Rin ini bisa merasakan keberadaanku. Aku merasakan ia adalah gadis indigo yang bisa melihat hantu sepertiku, Yuri.” Sora memperhatikan Rin dengan tatapan waspada dan serius. Aku sangat takut jika Rin mengetahui keberadaan Sora. Aku gelagapan. Apa yang harus aku lakukan sekarang?

“Menurutku, lebih baik kau jujur, wahai Yuri-ku tercinta” Tiba-tiba suara Sora mendekat ke arah telingaku. “B-baiklah..” Bisikku

“Umm.. R-Rin.. Tolong jangan beritahu siapa-apa.. Ya, aku mempunyai teman invisible. Ia baik, sungguh, ia tidak mengancam kehidupanku!” Aku berusaha berkata untuk membuat Rin percaya. Rin tersenyum dan mengangguk. “Aku sudah menduganya” Apa? Dia sudah tahu??!

“Ketika aku hendak memasuki kelas, aku melihatmu tertawa dan berbicara sendiri, ketika aku mengintip, aku melihat sesosok laki-laki sedang melayang dan mengobrol denganmu sangat akrab. Aku bisa merasakan ia adalah orang yang baik” Rin menjelaskan sambil menatap jeli ke arah Sora. Sora masih terdiam dengan waspada dan serius.

“Jadi, siapa namamu, wahai hantu yang tampan?” Rin mendekati Sora dengan senyuman manis. Ekspresi serius Sora perlahan memudar, lalu ia tersenyum “Kenalkan, aku Sora. Aku adalah sahabat baik putri Yuri-ku ini!” Sora merangkul ku dengan erat. Jantungku langsung berdegup kencang.

“Oh, kalian bersahabat ya? Sungguh imutnya untuk sepasang sahabat seperti kalian!” Rin tertawa kecil. Rin sangat menyenangkan seperti Sora. Lalu kami bertiga mengobrol hingga kelas sudah penuh dan pelajaran sudah dimulai.

Selama pelajaran, aku hanya termenung ke arah jendela, memikirkan mimpi buruk ku. Lalu aku memperhatikan Sora yang tengah antusias belajar ‘tanpa terlihat’ oleh siapapun. Ia duduk di bangku kosong seorang murid yang sedang absen hari ini. Dari arah yang sama, aku melihat Rin yang sedang memperhatikan Sora dengan senyuman malu. Rin? Apa yang sedang ia pikirkan?

Jam sekolah pun akhirnya selesai. Semua murid bisa pulang sekarang. Aku dan Sora berjalan berdampingan ke arah rumah. Seperti biasa, Sora mengeluarkan jurus cinta nya lalu merangkul ku. Tiba-tiba dari kejauhan aku merasakan ada yang berlari ke arah kami. Itu.. Rin! Rin tiba-tiba lari menyusul kami berdua, lalu menyerobot dan berdiri diantara aku dan Sora. Ia melepas rangkulan Sora dari pundakku, lalu menggandeng tangan aku dan Sora.

“Bolehkah aku bermain kerumah kalian?” Tanya Rin. Aku menatap Sora, lalu Sora mengangguk. “Baiklah, Sora bilang kau boleh kerumahku”

“Sungguh??! Uwaaa tak menyangka, aku punya teman seperti kalian! Terimakasih Yuri, Sora” Rin lalu memeluk aku dan memeluk Sora. Tiba-tiba Sora kaget dan menghindar sedikit.

“M-maaf, kita masih teman asing” Jawab Sora gugup. “Tak apa, aku mengerti” Rin tersenyum. Aku merasakan hal yang tidak enak. Namun aku mengabaikan perasaan itu. Ah, tak apa, mereka hanya teman, aku tak perlu menghawatirkan apapun.

--------------------

Akhirnya kami bertiga sampai ke rumahku. Aku membereskan kamar sedikit lalu menyediakan air minum untuk tamu, lebih tepat nya teman baru. Kami mengerjakan tugas, berbincang, bercanda, berbagi kisah, dan hal menyenangkan lainnya. Hingga hari pun sudah mulai gelap. Kami terlalu asik bermain hingga lupa waktu, dan yang sangat terlihat dekat adalah Sora dan Rin. Mereka tampak sangat akrab sekali, melebihi keakraban ku dengan Sora.

Sekilas aku merasa sedikit cemburu dengan keakraban mereka, namun aku harus memikirkan, Sora tak punya teman selain aku, dan sekarang syukurlah ia menemukan teman baru. Rin adalah teman baru kami, ia sangat baik. Namun terkadang aku merasakan hal yang tidak enak, entah darimana asalnya.

“Ah, tak terasa hari sudah gelap.. Aku lupa harus pulang” Rin terlihat cemas.
“Hei, mengapa kau tak menginap saja semalam disini?” Ajakku. “Eh? A-apa kah tak merepotkan?” Rin masih terlihat cemas. Aku meyakinkannya bahwa kami tak keberatan jika Rin menginap di rumah ku.

“Tak masalah Rin. Nenek pasti akan senang ada yang menginap disini” Aku tersenyum meyakinkan Rin. “Umm.. Lalu bagaimana dengan S-Sora?” Rin menatap cemas Sora.

“Eh? A-aku? Ahaha tentu tak masalah, lagi pula aku bisa tidur dimana saja, aku berbeda dari kalian” Sora tersenyum paksa. Sepertinya Sora sudah lelah dan ingin cepat istirahat dengan tenang.

“Baiklah, bagaimana kalau kau mandi dulu, Rin? Aku akan menyiapkan teh hangat dan makanan kecil untuk kita” Lalu Rin mengangguk. Rin bergegas ke kamar mandi, dan aku membereskan kamar dahulu sebelum kami pakai untuk tidur malam ini.

“Hei Yuri, menurutmu Rin orang yang bagaimana?” Sora bertanya sambil membantuku menyeduh teh hangat. “Hmm..” Aku menghela nafas dan berpikir. “Rin, sangat menyenangkan sepertimu, Sora. Ia adalah teman yang baik” aku tersenyum. “Be-benarkah?” Sora tampak senang mendengar kata-kataku. Sebenarnya aku ingin bilang bahwa aku merasakan firasat aneh terhadap Rin, namun aku tak mau merusak pertemanan kami. Sebaiknya rahasia ini akan ku simpan sendiri..

“Teh nya sangat panas, biar aku yang membawanya ke kamarmu, Yuri” Sora membawa teh hangat tersebut perlahan ke kamar. “Baiklah, hati-hati! Aku disuruh nenek untuk mencuci pakaian sebentar, kau dan Rin tunggu saja di kamar ya”

-----------------------

CHESSS.. Air hangat mengalir keseluruh tubuh Rin. “Aah, hangat nya.. Rumah bergaya Jepang seperti ini memang yang terbaik. Beruntung sekali Yuri tinggal disini.. Dengan Sora...” Rin membilas rambutnya yang penuh dengan busa dan shampoo. Selesai dengan mandi nya, Rin keluar kamar mandi menggunakan handuk. Tiba-tiba..

“KYAAA! S-sedang apa kau disini!” Rin berteriak kaget melihat Sora ada di hadapannya sedang merapikan meja yang terdapat cemilan diatas nya. Sora pun ikut kaget karena melihat seorang gadis sepantarannya keluar kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk di badan dan rambutnya. Seketika wajah mereka memerah dan panik.

“M-maaf, a-aku tak bermaksud--“ BUKK! Rin melempari Sora dengan bantal. “Kau! Pergi dari sini! Aku ingin ganti baju!”  “B-baiklah aku keluar” Sora lalu lari pontang-panting ke arah teras.

“Huhh, dasar bodoh!” Rin menggerutu dan mengenakan pakaian tidur Yuri, karena ia tak membawa baju sama sekali dari sekolah. Selesainya mengenakan pakaian dan menyisir, Rin menghampiri Sora dengan handuk yang masih ia kalungkan di pundak.

“.. Soal tadi.. Maaf, aku hanya panik..” Rin berdiri di samping Sora yang tengah meyandarkan lengannya di pagar teras dan menengadah ke arah langit. “Tak apa, kebetulan saja aku sedang menyiapkan meja tadi. Haha, lupakan!” Sora tertawa sambil mengusap-usap kepalanya.

“Brr.. Disini sangat dingin..” Rin merinding kedinginan kemudian mendekat ke arah Sora.

“He-hei, apa yang kau lakukan??” Sora kaget dan gelagapan. Disaat itu juga, dari kejauhan Yuri berjalan ke arah kamar membawa beberapa kue kecil di tangannya. KREEK.. Pintu kamar terbuka


“Sora, Rin, aku membawakan kalian kue dari nenek, apa kalian ma--" Tiba-tiba Yuri terpaku berdiri dan melihat ke arah teras..


to be continued...

No comments: